Market Info

IDCloudHost | SSD Cloud Hosting Indonesia

Breaking News

Website Instan
Email Hosting

Mengenal Macam-Macam Pamali, Antara Fakta dan Mitos

Posting Komentar


Ngomongin peraturan, manusia hidup di dunia mencakup beragam peraturan. Bahkan aturan demi peraturan sudah ada sejak manusia pertama terlahir sekalipun. Seperti kisahnya Nabi Adam As, yang memakan buah Khuldi kemudian di lempar ke dunia dari surge yang tentunya karena aturan yang sudah Allah SWT peringatkan dilarang untuk memakan buah khuldi tersebut yang memiliki makna buah keabadian.

Peraturan dan segala aturan dalam masyarakat umum dibuat semata-mata demi terciptanya keharmonisan dalam kehidupan, untuk menjalani kehidupan menjadi disiplin dan terarah. Terserah mau gimana, asal terarah, dan enggak ninggalin norma-norma yang udah ditetapin baik berbangsa dan beragama.

Ketika hidup di Negara tercinta ini beragam sekali budaya, adat dan kebiasaannya yang udah lahir turun-temurun. Seperti halnya ketika  kita menyambangi ke sebuah daerah pinngiran kota yang hidup rukun dan masih menjunjung nilai-nilai adat dan kebiasaan. Kebiasaan dan perilaku yang tak boleh diingakari bahwa suatu adat kalo nggak diturutin pasti ngadat.

Tinggal di pinggiran Kota atau pun di Desa tentu banyak sekali adat dan tradisi unik yang bahkan nggak bakalan ditemuin ketika hidup di kota. Seperti pemahaman ‘Pamali’ yang udah mendarah daging di masyarakat desa. Yup, kebiasaan unik kalo ada sesuatu yang sifatnya menjadi pantangan atau hal yang tabu.

Kebiasaan Pamali ini diyakini masyarakat sebagai larangan atau pantangan yang harus dipatuhi. Kejadian-kejadian masa lalu yang identik bisa menimbulkan traumatik terhadap suatu peristiwa yang menimbulkan perasaan khawatir terhadap peristiwa yang akan datang atau bahkan belum tentu terjadi. Dengan begitu, orang-orang zaman dulu mentafsirkan Pamali sebagai pantangan atau larangan terhadap peristiwa yang dianggap tabu.

Seiring berjalan waktu, generasi ke generasi sekarang ini orang sudah mulai pudar dengan istilah Pamali. Karena disusul berkembangnya pedoman serta ilmu pengetahuan. Antara percaya dan tidak percaya, antara keyakinan dan pemahaman, Pamali dijadikan patokan dan tuntunan sebagian kecil masyarakat dari generasi terdahulu.

Mungkin segala bentuk hal-hal yang menyangkut Pamali bisa saja membuat kita heran, mengapa dan bagaimana awal mulanya itu terjadi. Sering kita temui berbagai macam istilah Pamali di masayarakat pedesaan yang mayoritas masih meyakininya. Dari berbagai pengalaman yang pernah saya temukan, berikut ini contoh Pamali yang beredar di masyarakat dan saya masukkan bersarkan kelompoknya.


Secara Umum

    1.   “Jangan mainan beras !, mentak ditinggal emak,”

      Pamali yang satu ini sih, jika diartikan jangan mainin beras, kalo anak zaman dulu sebelum adanya gadget emang seneng banget mainan beras di dalem tempayan, “berasa adem gitu, nggak sih?”. Cuma yang namanya mainan suka kebablasan, beras emak jadi ampar-amparan (tumpah) yang bisa membuat emak jadi murka. Makanya anak kecil zaman dulu ditakut-takutin deh sama yang namanya pamali, “jangan mainan beras bisa ditinggal Ibu,”.



    2.   “Jangan makan di depan pintu !, mentak dodol balik lagi,”

      Pamali yang satu ini jika dipikir logis, artinya mengganggu orang lewat. Yang tadinya mau masuk jadi terhalang di depan pintu. Mungkin orang zaman dulu ada yang mau ngasih dodol sama tetangganya, cuma dia kehalang sama orang yang ada di depan pintu, jadi nggak bisa ngasih dodol deh.

    3.   “Jangan nunjuk pelangi, nanti tangan cantengan !,”

Apapun itu pantangannya, pamali yang satu ini paling nggak masuk akal, kenapa orang kalo nunjuk ke arah pelangi bisa cantengan. Mungkin ada yang kebetulan temannya pernah melihat ada yang cantengan lagi nunjuk ke pelangi kali. Soalnya penyakit orang zaman dulu, kalo nggak korengan, ya cantengan, hihi.

 

    4.   “Pasangan lawan jenis (yang belum menikah dilarang makan buah durian dan pisang), Pamali ! hubungannya nggak akan lama,”

Menurut saya, makanan atau hidangan di Negara tercinta ini juga beragam, dan juga banyak mitos dan mistisnya, seperti halnya pernah saya buat artikelnya di situs tapakjurnal.com beberapa bulan lalu. Ya, contoh kecilnya saja kalau orang perempuan lagi datang bulan, dilarang buat deket-deket sama orang yang lagi bikin Tape ketan, katanya pamali. Urusan pamali kita juga harus menghargai supaya hidup bersosial juga tertata.

 

Jadi kenapa ada larangan memakan buah durian dan pisang bagi pasangan lawan jenis yang belum menikah?, kalo saya diartikan ini di luar nalar manusia biasa, apa mungkin zaman dulu ada orang pacaran ada yang nggak suka dibawain buah durian karena nggak suka sama baunya?, atau nggak suka dibawain buah pisang karena alasan terlalu mainstream?....

 


Tapi sambil menuliskan artikel ini, saya juga disuguhkan tiga buah potong durian dari ibu yang entah dari mana durian ini didapat, yang pasti saya menikmatinya.

 

    5.   “Jangan duduk di atas bantal, nanti bisulan,”

Kalo pamali ini sih lebih menghargai adab, untuk menghargai bantal kepala untuk tidur tidak boleh diduduki pantat, dan di sisi lain pun bantal tidur kalo di kampung zaman dulu tidak sebersih bantal zaman sekarang. Bantal tidur zaman dulu itu banyak kutunya yang bisa disebut kutu (Bangsat).

 

    6.   “Bagi perempuan, kalo nyapu harus bersih, kalo nggak bersih nanti suaminya brewokan,” 

Mungkin gadis-gadis desa zaman dulu, standard ketampanan seorang suami adalah laki-laki Bule nan tampan tanpa brewok. Ketika nyapu halaman nggak bersih, gadis desa zaman dulu ditakuti dengan istilah pamali, “kalo nyapu nggak bersih, punya laki brewokan,”. Tapi zaman sekarang, mungkin pamali tersebut udah nggak berlaku lagi, kalo idola mereka adalah bule brewokan juragan minyak di Dubai.

 

    7.   “Kalo makan, nasi harus dihabiskan !, nanti nasinya nangis,”

Kalo makan, nasi harus dihabiskan !, nanti Nasinya nangis atau nanti ditangisin emak. Pamali ini lebih kepada menghargai makanan, karena kebiasaan anak-anak kalo makan nasi nggak dihabisin.

 

Berdasarkan peristiwa,

    1.   “Jangan suka nyiram Kucing, nanti bisa hujan,”

Pantangan yang satu ini sering banget saya lakuin pas zaman sekolah, dan entah kebetulan atau memang keajaiban, pamali ini bisa mendatangkan hujan.

 

    2.   “Pengantin dilarang mandi, nanti hajatnya dihujanin,”

Kata orang dulu kalo pengantin mandi, acara hajatnya bisa dihujanin. Benar atau tidak, bisa jadi tergantung musim. Apalagi kalo pas musim kemarau, mending banyakin mandi deh tuh pengantin, supaya turun hujan, ehehe.

 

    3.   “Jangan suka ngegadoin kelapa, nanti keremian,”

Makan kelapa, nanti bisa keremian, ya memang bisa. Tapi kalo itu di pencernaan ada cacing keremi, makan kelapa mentah atau kelapa tua yang belum diparut bisa mengeluarkan cacing keremi yang ada di dalam perut. Bahkan dokter lebih menganjurkan untuk makan kelapa yang belum diparut untuk membersihkan cacing keremi dalam perut.

 

    4.   “Makan pisang jangan yang pinggir, Pamali !,”

Kalo maruknya (Serakah) orang zaman dulu itu punya trik unik, contohnya saja, kalo kita makan pisang pada bagian sisir yang paling pinggir itu dilarang dengan alasan pamali, padahal pisang bagian pinggir itu ukurannya paling gede.

 

 

Berdasarkan agama, banyak

    1.   “Minum itu harus duduk, jangan sambil berdiri,”

Dalam agama pun sudah diajarkan bahwa sunnahnya makan dan minum itu harus duduk. Adab minum sambil duduk pun ternyata baik juga untuk kesehatan. Karena minum sambil duduk bisa berdampak lancarnya semua organ tubuh.

 

    2.   “Jangan duduk berduaan yang ke tiga adalah setan,”

Ya, ini pun ada aturannya sama agama. Ketika duduk berduaan, yang ke tiga adalah syaiton. Orang duduk berdua bukan muhrim, digoda setan. Orang duduk berdua lagi ngobrol, ujung-ujungnya nge-ghibah, karena godaan setan.

 

    3.    “Jangan bernyanyi di kamar mandi, Pamali !,”

Di kamar mandi atau di WC juga nggak boleh sembarangan, karena WC dan Kamar mandi itu tempatnya Jin dan Setan. Apalagi kalo sambil bernyanyi, setan paling seneng.

Banyak ragam pamali yang berkembang di masyarakat plus enam dua secara turun-temurun menjadikannya keunikan keberagaman adat daerah. Mungkin saja di semua Negara juga punya Pamali atau suatu pantangan yang juga mengentalkan adat dan norma kepercayaan masing-masing.

Itulah macam-macam Pamali yang berkembang di masyarakat. Antara percaya atau tidak, tergantung masing-masing individu yang meyakininya.

Apabila suatu adat tidak diikuti dengan syarat, maka akan ngadat (Ngambek). Share jika artikel ini menarik dan bermanfaat, salam Sosial Tapak Blogger.

 

 

Sigit Rinaldy
Blogger yang doyan ngoprek. Banyak Sukanya, Banyak Hobinya. Suka banget Nge-Blog, Suka Nulis, Suka Makan, Traveling, Suka banget Nge-Bucin. Hobinya ngonten, Fotografi, Videografi, Editing, Desain grafis, serta doyan Ngobrol, ujung-ujungnya Ghibah.

Related Posts

Posting Komentar