Market Info

IDCloudHost | SSD Cloud Hosting Indonesia

Breaking News

Website Instan
Email Hosting

Pesona Pantai Sambolo Anyer 1, Sampai Penjaga Pantai Yang Misterius



Mummet banget karena tak kunjung habisnya pikiran beban pikiran yang terus menggunung, seakan terus menggulung dan tak terbendung. Seperti biasa, masih suasana lebaran Idul adha walau udah lewat sebulan, tapi masih ada bau-bau prengus daging kambing di kulkas sisa kurban.

Seperti ritual rutinitas kami berdua yang biasa gabut dadakan, bisa dibilang Tim ngablu walau Cuma berdua, terbesit di pikiran untuk travelling akhir bulan dengan suasana baru yaitu merasakan pijatan pasir pantai.

Its Enjoy, ke mana pun langkah tujuan, prinsip kami harus sampai ke tujuan. Pasir putih PIK 2 adalah tujuan awal perjalanan. Kurang lebih 2 ¼ jam perjalanan dari Kabupaten Bogor ke Kabupaten Tangerang, Kami berdua beristirahat sejenak dan melihat setengah dari rute perjalanan di Google Maps,  tepatnya di Pinggir jalan dekat Pantai Pasir Putih, Marga Mulya, Kabupaten Tangerang.

Mengingat waktu yang ditepuh terasa begitu cepat, membuat kami tertantang oleh pertanyaan kecil; “Kenapa tidak memutar balik saja ke Pantai daerah Cilegon?”. Tanpa pikir panjang, akhirnya saya memutar kendali stang motor Scoopy milik rekan saya yang saat itu beliau selalu membonceng di belakang. Oke, kami berdua langsung menuju Anyer, Sambolo Beach 1, di Cilegon-Banten.

Dua Jam rute perjalanan untuk sampai ke Cilegon. Dari Marga Mulya, Tangerang melewati jalur utara pesisir pantai dekat Pulau Cangkir kemudian mengambil jalur ke kiri setelah Masjid Agung, Tanara, Serang – Banten.

Deretan Pabrik-pabrik besar seakan menyambut kedatangan kami menjelang sore, termasuk Krakatau Steel, perusahaan/pabrik besi yang sangat ikonik di Cilegon. Sekitar pukul 15.45 WIB, kami berdua menyempatkan untuk melipir sejenak di sebuah tugu yang sudah menunggu kedatangan kami di Cilegon. Foto dikit buat kenang-kenangan.


Oke lanjut, kurang lebih satu kilo meter kami berdua disambut kembali oleh Mercusuar Cikoneng, Anyer. Yang tengah mengawasi pesisir pantai Anyer. Menurut Wikipedia Menara suar ini diyakini sebagai titik awal dari pembangunan jalan Anyer-Panarukan, oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Herman Willem Daendels.

Sumber : GNFI (Good News From Indonesia)

Tak lama perjalanan kami mulai tersendat kemacetan, arus balik wisatawan lokal yang usai berlibur. Kebanyakan mereka wisatawan lokal yang berllibur dari Jakarta dan sekitarnya.

Indikator dan suara merdu dari Mbak Google Maps akhirnya terhenti di Spot tujuan setelah menemani perjalanan kami tanpa kenal lelah. Jadi Rp. 25 ribu !; demikian ucapan terlontar dari penjaga pintu masuk Pantai Sambolo 1 yang menyambut kami seraya menghitung uang kembalian.

Setelah memarkirkan kendaraan, terbayar penasaran kami berdua untuk bertemua dengan pasir panai nan eksotis itu. Oke, hampir 10 tahun saya bertemu kembali dengan bibir pantai. Yup, setelah terakhir kalinya mengunjugi pantai Kelapa 7 merak, Banten di tahun 2012 serta pantai Ancol sewaktu Fieldtrip sekolah SMP.

Wah, sang fajar masih terlihat di ufuk barat, dan sedikit demi sedikit mulai menyelimuti dirinya untuk tertidur. Sambil mengabadikan indahnya senja, alunan ombak yang membuat kami melompat panik karena membasahai sepatu.

Lalu lalang abang – abang penunggang motor Roda 4 ATV yang berkali-kali menawarkan kepada kami yang enggan untuk menyewa sekalipun, kecuali gratis. Tak lupa dengan gaya pose senja yang kami abadikan demi post Story Whastapp dan Instagram. Rangkaian Aksara nama Doi yang tergores dengan elok di bibir pantai turut menyertai karya seni fotografi yang kami abadikan.


Menjelang magrib dan sunset turut padam, berganti dengan eloknya purnama di malam gulita. Perih keroncongan mulai bergemuruh, menandakan kami harus berburu kuliner di alam hari. Tak terlihat rangakaian jajaan makanan di malam hari, karena sudah pada tutup. Ya sudah, akhirnya makan di sebuah Warteg dan memesan sebuah menu seperti lauk makan di rumah. Sepotong telur dadar disiram kuah sayur kacang panjang nan gurih mengingatkan masakan emak di rumah.

Sambil santai mengobrol curahan dan curhatan kawan saya malam itu. Dua piring nasi serta dua gelas Teh hangat cukup mengisi energi. Kami berdua kembali ke parkiran memutuskan akankah untuk menginap ataukah pulang ke rumah.

Pak penjaga pantai yang misterius; kami menyebutnya, dari kejauhan beliau sudah menyambut kami dengan sapu lidi dan pengki. Obrolan ngalor ngidul beliau menemani obrolan kami di parkiran sambil bertanya kepada beliau apakah di pantai ini ada penginapan gratis. Pak Syarif Hidayatulah, yang sudah 20 tahun menjaga pantai sambolo. Bolak-balik menggunakan motor grand astrea hitam yang dikendarainya beliau membeli segelas kopi dan menawarkannya kepada kami. Sikap ramah dan terbuka beliau membuat kami suatu saat bertemu kembali ke pantai. Larut malam akhirnya memutuskan untuk pulang ke rumah walau sudah malam.

Ketika hendak ingin berpamit kepada pak penjaga pantai ada kejanggalan yang membuat kami heran, pasalnya pak penjaga pantai yang baru saja mengobrol dengan kami, menghilang tak tahu ke mana. Padahal pak Syarif beberapa menit kami akan lepas landas beliau masih ada di depan pos tempatnya berjaga.

Kami berdua kebingungan; ke mana perginya bapak penjaga pantai yang sedang menenggak segelas kopi tadi?, ya sudah akhirnya kami langsung tancap gas dan bergegas pulang.

Perjalanan yang aneh tapi nyata, di perjalanan pun tak ubahnya kami memikirkan kejadian tersebut. Mungkin jika itu sebuah kebetulan, memang pak Syarif sedang berkeliling atau masuk ke dalam pos jaga saat pandangan kami teralihkan.

Sungguh perjalanan yang penuh makna, kami selalu ingat pak Syarif Selalu ingat Sambolo 1 Anyer.

Share jika artikel ini menarik, salam Sosial, Tapak Blogger.

 


Sigit Rinaldy
Blogger yang doyan ngoprek. Banyak Sukanya, Banyak Hobinya. Suka banget Nge-Blog, Suka Nulis, Suka Makan, Traveling, Suka banget Nge-Bucin. Hobinya ngonten, Fotografi, Videografi, Editing, Desain grafis, serta doyan Ngobrol, ujung-ujungnya Ghibah.

Related Posts

Posting Komentar